Selasa, 29 Desember 2009

Miranda Goeltom Nyaris Bikin Pansus Century Naik Pitam

Jakarta, SNP

Ketika giliran Miranda S Goeltom, mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), dipanggil Pansus Angket Century DPR dalam posisinya sebagai saksi, seputar bailout Bank Century, ternyata jawaban – jawabannya sering mencla – mencle, dan jawaban seperti orang pikun atau tekena penyakit fertigo.

Betapa tidak! Guru Besar UI, dan PhD lulusan Boston University, Massachussets, USA yang sangat intelek itu sering menjawab pertanyaan-pertanyaan, dengan jawaban – jawaban yang kontradiksi dan sering mengatakan : ’Tidak tahu’; ’Tidak ingat’; ’Lupa’ dan ’Tidak ada dalam catatan’ dalam dua kali panggilan.

Ternyata itulah cermin seorang pejabat Negara, yang juga mantan Deputi Asisten Menteri di bidang Kebijakan Moneter dan Fiskal untuk Ekonomi, Keuangan dan Pengawasan Pembangunan RI, 1997, yang sebelumnya terkenal tegas dan hebat ini, sekalipun telah diambil sumpahnya dan berjanji bersedia menjawab pertanyaan dengan baik.

“Saya akan menjawab setiap pertanyaan dengan sebaik-baiknya,” ujar Miranda saat ditanyakan kesediaannya memberikan jawaban atas pertanyaan yang akan diberikan di ruang rapat pansus DPR, Senayan, Jakarta, Senin malam pekan lalu.

Namun, sikap dan jawaban – jawabannya, tidak sesuai dengan apa yang diucapkan sebelumnya. Berikut rekam peristiwa dalam ruang rapat Pansus Century.

Jawaban Mencla-mencle Bikin Emosi

Dalam sesi tanya jawab, terjadi saling cecar antara anggota Pansus dengan Miranda mengenai ketetapan sistemik Bank Century. Jawaban Miranda dinilai berubah-ubah.

Di awal-awal jawabannya, Miranda mengatakan penyelamatan Century harus dilakukan karena dapat berdampak sistemik. Namun Miranda mengelak telah menyatakan hal tersebut.

“Kapan saya bicara sistemik? Saya tidak pernah mengatakan,” ucap Miranda menyanggah. Akan tetapi, Agun Gunandjar, dari Fraksi Partai Golkar menganggap, pernyataan Miranda bertolak belakang dengan Mantan Gubernur BI Burhanuddin Abdullah dan mantan Deputi Gubernur Senior BI Anwar Nasution.

Agun mengatakan : “Saya sebagai anggota pansus menilai pernyataan Ibu Miranda berbeda dan bertolak belakang dengan mantan Gubernur BI Burhanuddin Abdullah dan Anwar Nasution. Benar begitu?” tanya Agun lagi dengan nada tinggi.

Miranda menyatakan dirinya tidak dapat menjawab pertanyaan sistemik atau tidak karena menyangkut proses. “Tidak bisa dijawab benar atau tidak,” ucapnya lagi.

Mendengar jawaban Miranda, Agun pun langsung menimpali. “Saya tidak butuh penjelasan! Yang saya butuhkan jawaban konkret. Ini semua sudah terjadi. Apakah kejadian tersebut menyalahi perundangan atau tidak?” kata Agun masih dengan nada tinggi.

Miranda pun tertawa kecil. Ia menyatakan jika Agun berada di pihaknya pasti tidak akan menjawabnya. “Karena saya tidak dalam posisi harus menjawab,” ucapnya sambil disambut ucapan Agun yang menilai Miranda tidak masuk akal.

Pimpinan sidang, Gayus Lumbuun, dari Fraksi PDIP, kemudian memberi kesempatan kepada anggota pansus lainnya, Ahmad Muzani dari Fraksi Partai Gerindra juga menanyakan hal yang serupa.

Akan tetapi kali ini Miranda mau menjawab meski bertolak belakang dengan jawaban sebelumnya. “Kalau menurut saya, tidak akan sistemik karena Bank Century ini kecil,” ucapnya.

Padahal, Burhanuddin Abdullah (mantan Gubernur BI) dan Anwar Nasution (mantan Deputy Gubernur Senior BI), sebelumya menyatakan Bank Century tidak akan berdampak sistemik. Sedangkan Miranda di awal-awal pertemuan menyampaikan bahwa keputusan merger Century sudah tepat karena situasi saat itu cukup genting.

“Waktu itu Pak Boediono memimpin rapat sejak jam 8 pagi dan kami tidak pernah sebelum malam karena memang situasi saat itu sangat genting dan kami harus memberikan sikap jelas,” jelasnya.

Jawaban mencla – mencle inilah salah satu yang membuat anggota Pansus nyaris naik pitam, namun harus menahan diri walaupun pada kecewa.

Akui Kenal Robert Tantular

Mantan Deputi Senior Gubernur BI ini, mengaku mengenal Robert Tantular, pemilik Bank Century, tapi tidak sampai berteman dengannya. Miranda membantah berteman dengan Robert yang pernah menghadiri acara perayaan Tahun Baru di BI.

“Saya mengenal Robert Tantular baru beberapa tahun yang lalu,” ujar Miranda saat ditanya oleh anggota pansus Century, Hendrawan Supratikno dari fraksi PDIP.

Miranda yang berambut merah ini mengaku Robert pernah hadir dalam acara peringatan tahun baru di BI. “Beliau hadir di tahun baru di BI,” tambahnya. Bahkan dikatakan pernah mengobrol dengan Robert Tantular, namun merasa tidak begitu dekat dengan Robert. “Pernah ngobrol beberapa kali, persisnya kapan saya lupa, tapi tidak pernah berteman,” jelasnya.

Miranda menjelaskan posisi Robert sama dengan posisi bankir lain yang menjaga hubungan baik dengan petinggi BI. “Semua bankir pasti selalu memperkenalkan diri tapi saya tidak begitu dekat,” jelasnya saat didesak anggota pansus dari PDIP Eva Kusuma Sundari.


Jawaban ‘Tidak Ingat’, ’Tidak Tahu’ Ditertawai

Pada pemeriksaan kedua kalinya, yang berlangsung esok harinya, Selasa siang pekan lalu, kembali Mantan Deputy Gubernur BI itu, membuat kesal sebagian anggota Pansus.

Pasalnya, Miranda kerap menggunakan jawaban aman dengan mengatakan ‘Tidak tahu’ atau ‘Tidak ingat’ ketika diajukan pertanyaan kepadanya. Jawaban Miranda itu sudah berlangsung sejak Miranda diperiksa pertama kali Senin malam sebelumnya. Tentu saja hal itu membuat anggota Pansus merasa terganggu. Sebab menurut sebagian anggota Pansus, Miranda semestinya tahu jawaban pertanyaan itu.

Ganjar Pranowo, anggota Pansus dari PDIP bertanya: “Ibu ikut rapat KSSK?,” Miranda menjawab: “Tidak ingat,” jawab Miranda.

“Tidak ingat? Tapi Ibu Miranda selalu ikut rapat kan?,” tanya Ganjar lagi. “Oh iya,” jawab Miranda.

Merasa mendapat jawaban itu, Ganjar pun menimpali lagi. “Oh syukurkah ingatan Ibu sudah kembali,” sindir Ganjar kalem diikuti senyum-senyum sejumlah anggota Pansus.

Sementara itu, Wakil Ketua Pansus Century dari Fraksi PDIP, Gayus Lumbuun, bertanya, soal pelanggaran hukum dari dana talangan yang dikucurkan. Miranda pun menjawab, "Tidak tahu Pak!"

Lalu Gayus kembali bertanya, "Kenapa tak tahu, Ibu kan Deputi Gubernur BI? Kenapa tak tahu ada talangan?"

Miranda menjawab, tidak semua hal diketahuinya. "Talangan itu diberikan dan dibicarakan setiap hari di rapat. Saya disumpah kalau saya tak tahu, saya jawab tidak tahu. Bagaimana saya bisa jawab," ucapnya rada protes.

Tak puas dengan jawaban Miranda, Gayus terus mencecar. "Ibu ini Deputi Senior, harusnya ada persiapan. Deputi Senior Gubernur BI tidak tahu apa-apa, ironi sekali. Saya tak ingin campuri jawaban ibu yang tahu itu. Tapi hanya satu kalimat buat ibu, sangat-sangat ironis. Harusnya ibu mempersiapkan diri, ini luar biasa. Kok tidak mempersiapkan diri. Ibu ini orang dalam," ungkap Gayus berapi - api.

Miranda terdiam sejenak. Lalu mengatakan, "Bapak Gayus yang terhormat, saya tidak tahu. Saya tahu setelah ada berita di media," jawabnya.

Jelas saja jawaban Miranda menambah kesal para anggota Pansus, karena jawaban sebelumnya, bahwa Miranda dianggap sangat berkompeten, dan selalu ikut rapat untuk keputusan-keputusan penting.

Alasan Hancurnya Bank Century

Dalam penjelasan lainnya Miranda mengatakan, bahwa Bank Century meletus akibat manajemen buruk dan krisis global. Hancurnya Bank Century sehingga harus diselamatkan oleh pemerintah melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melalui suntikan dana Rp 6,7 triliun terjadi karena perpaduan pengurusan bank yang mengarah pada tindak kriminal serta krisis ekonomi global yang terjadi.

Miranda mengatakan, bahwa surat-surat berharga bodong yang ada di Century menjadi salah satu pemicu bobroknya kondisi bank tersebut. “Belakangan dilihat ada pengaruh Antaboga, masalah surat bodong itu pasti ada pengaruhnya dari Bank Century. Tetapi diperburuk karena kondisi krisis global, kalau keadaan seperti itu tidak dalam krisis global, maka tidak akan meletus seperti itu. namun suatu saat pasti akan meletus juga,” tuturnya usai rapat dengan Pansus Century di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa pekan lalu.

Dalam kesempatan tersebut, Miranda juga menjelaskan mengenai proses merger 3 bank yaitu Bank CIC, Bank Danpac, dan Bank Pikko menjadi Bank Century. Miranda mengatakan, BI sebagai pihak yang mendorong terjadinya merger 3 bank yang memang sudah buruk kondisinya tersebut.

“Ini (Century) merupakan voluntary merger, karena ada syarat-syaratnya supaya sehat sebelum dipenuhi. Makanya dari 2001 sampai 2004, makan waktu 3 tahun untuk memenuhi syarat tersebut,” jelasnya.

Miranda mengatakan, keputusan merger 3 bank tersebut dilakukan melalui keputusan Rapat Dewan Gubernur. Namun Miranda mengakui dirinya tidak menghadiri rapat tersebut.
“Itu Dewan Gubernur BI yang memutuskan, tapi saya tidak hadiri rapat yang memutuskan merger itu,” tutupnya.

Menurut Miranda, FPJP (Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek), tidak hanya diperuntukan untuk Bank Century tetapi dapat dipakai oleh Bank apapun yang memerlukannya.

Dia menambahkan, kondisi pasar uang antar Bank pada bulan Januari-Agustus 2008 antara bank pemberi dan penerima BUMN sebesar 266 triliun kemudian pada Desember 2008 menjadi 17 Triliun.

Nah, itu dia. Ternyata memang banyak hal yang diketahui seorang mantan Gubernur BI, Miranda Goeltom. Tetapi kenapa dalam beberapa pertanyaan, jawaban – jawabannya banyak ’tidak tahu’ dan ’tidak ingat’? Inilah yang masih tetap membuat tanda tanya besar, yang masih harus di ’follow – up’ oleh Pansus Century ke depan. n DANS

Tidak ada komentar: